Sepasang kekasih flamboyan melakukan sesuatu dari sebuah
kamar, di kota Amsterdam. Mereka mengundang para wartawan dari media massa
internasional. Banyak yang yang menganggap mereka melakukan lelucon yang gila.
Sebenarnya,yang mereka lakukan bukanlah pesta, bukan pula
melakukan hal-hal yang ekstrim secara fisik. Yang mereka lakukan sederhana:
bercinta dalam damai!
Secara bergantian, di hadapan kamera para wartawan, kedua
pasangan tersebut menyebut kata-kata: “Tetap di tempat tidur, angkat tanganmu,
damai di tempat tidur, bahagia! Oya!”
Ya, memang sederhana, tapi itu bisa dikatakan gila,
sekaligus juga kreatif, karena di sana mereka memberikan pesan keseluruh dunia:
daripada berperang, sebaiknya diam di kamar. Besoknya, pesan mereka terdengar
sampai ke seluruh daratan Eropa dan Amerika.
Awalnya, yang diharapkan oleh wartawan dari pasangan tersebut adalah adegan ranjang yang yang mesra dengan segala kemewahan dengan sebuah foto romantis yang ditaruh di atas kasur, karena mereka adalah pasangan selebritis. Tapi yang terjadi, mereka hanya memakai pakaian tidur berwarna putih. Foto yang diharapkannya pun tak muncul, karena mereka membalik foto dan menuliskan: Bed Peace.
Kejadian itu mereka ulang di Amerika. Di sana, mereka
melakukan hal yang lebih fenomenal: bersama para aktivis anti perang, mereka
menyanyikan sebuah lagu yang berjudul: Give
Peace a chance. Lagu itu kemudian menjadi lagu kebangsaan para aktivis anti
perang waktu itu.
Banyak yang berkirim surat: dari yang mencaci sampai yang
memuji. Tapi, mereka sama sekali tak peduli.
Pasangan itu bernama: John Lennon dan Yoko Ono.
***
Adegan di atas adalah salah satu cuplikan dalam film U.S. VS
John Lennon, sebuah dokementer yang
menyingkap hidup kehiduan kegiatan aktivisme John Lennon dan politik Amerika
pada tahun 1960-1980.
Pada jaman itu merupakan jaman titik nadir bagi bangsa
Amerikasetelah perang dunia ke dua. Perang Vietnam, Krisis Rudal Kuba,
pembunuhan John F.Kenedy, Malcolm X,
Medgar Evers, Martin Luther King dan Robert F. Kenedy, serangan polisi pada
Konvensi Nasional Demokrat 1968 di Chicago, kasus Watergate, pengunduran diri Presiden Richard Nixon.
Maka waktu itu pengawasan FBI dan infiltrasi terhadap kelompok
aktivis kulit hitam serta organisasi politik lainnya, menjadi semakin gencar.
Dengan latar belakang kejadian itu, David Leaf & John
Scheinfeld menulis, memproduksi film dokumenter kisah heroik Lennon dan
istrinya.
Banyak kalangan kritikus film, seperti yang dikutip oleh
beberapa media di Inggris dan Amerika, menganggap film ini adalah film
dokumenter yang benar-benar hidup dan bercerita bak sebuah novel.
Setingnya bergerak lurus, tapi tak demikian dengan faktor
emosi dari kehidupan John dalam menjalani hari-harinya sebagai musisi dan
aktivis. Karena kisah cinta itulah yang membedakan film ini dengan film dokumenter
yang sejenis.
Banyak adegan yang menjadi simbol perlawanan aktivis
perdamaian muncul dalam film itu. Tapi, yang benar-benar memukau dari adegan film
itu adalah: penampilan John dan Yoko di sebuah konser pada Desember 1972 di
Michigan, di mana bersama dengan Jerry Rubin mereka menyanyikan "John
Sinclair ", sebuah lagu dari John yang didedikasikan untuk Sinclair,
seorang pria aktivis perdamaian yang ditangkap dan dipenjara karena merokok
ganja. Sinclair dihukum dengan hukuman yang panjang dan tidak adil. Dari konser
itulah pemerintah Amerika mulai memperhitungkan John Lennon sebagai musuh yang
berbahaya.
Sumber gambar: klik |
Sebenarnya ada banyak cerita yang sepertinya tak cukup
ditulis dalam tulisan yang sangat pendek ini. Yang jelas, inilah bagian cerita
yang menjadi pengikat sepak terjang John menjadi aktivis. Hubungannya dengan
Yoko.Perubahan sikap yang ditonjolkan oleh John, pada akhir tahun
60-an memang tak lepas dari peran Yoko Ono.
John, yang sejak kecil memang pemberontak, merasa ada yang
kurang ketika dia mencapai puncak karirnya bersama The Beatles. Dia merindukan sosok yang bisa menadingi jiwa
pemberontaknya.
“Aku selalu bermimpi bertemu seniman wanita lalu jatuh cinta
padanya,” kata John dalam cuplikan film itu.
Gayung pun bersambut, John ketemu dengan Yoko. Mereka
bertemu dalam suatu pameran. Yoko adalah seorang seniman, aktivis, dan pastinya
pemberontak (yeah!). Suatu perpaduan yang komplit untuk wanita yang cocok
mendampingi John.
“Aku benar-benar lega ada orang lain yang sama gilanya
dengan aku. Kami tertarik dan terangsang oleh pengalaman satu sama lain,” kata John setelah dia dan yoko mengadakan performace art yang benar-benar sinting.
Yoko pun memang merasakan sesuatu yang sama dengan John. “Kami
berasal dari latar belakang keluarga yang sama sekali berbeda. Tapi kami sangat mirip artian kami
benar-benar orang yang paling liar,” ujarnya.
Salah satu kegilaan mereka adalah ketika mereka
mendeklarasikan negara utopi dengan bendera berwarna putih. Mungkin dari itulah
video klip lagu Imagine berlatar
serba putih.
***
Ada banyak cerita dalam dokumenter ini. Banyak lagu pula
yang menjadi backsound-nya. Inilah
sebuah kelebihan sekaligus kekurangan film ini: banyak cerita menjadi kita
semakin tahu banyak sepak terjang John, sekaligus membuat film ini seolah
menjadi sebuah buku biografi yang panjang.
Namun terlepas dari itu semua, pesannya sederhana dan
jelas, seperti sebuah judul lagunya John: Give
Peace a Chance.
Itulah daya pukau John, sang seniman sekaligus aktivis yang
jenius dan flamboyan. Dia menyampaikan sesuatu dengan sederhana sekaligus
liar. Dia, misalnya, tak ingin
mengumandangkan perdamaian seperti orang-orang
pintar dan patuh: hanya menyebarkan brosur yang kadang tak ingin dibaca orang.
Dunia memang tak pernah kosong dengan peperangan. Pesan John
seolah hanya mimpi. Tapi dia tak peduli, kemudian dia berkata: Seorang yang
bermimpi akan tetap menjadi mimpi, tapi seribu orang yang bermimpi akan menjadi
kenyataan.
Sekarang, tak hanya seribu orang yang bermimpi, tapi jutaan
manusia bermimpi: tentang perdamaian.
Dari kuburnya seolah dia berkata: You may say Iam a dreamer, but Iam not the only one.
4 comments:
Seribu bahkan sejuta orang lebih boleh bermimpi. Namun,diperlukan seribu bahkan sejuta orang lebih pula yang mampu bangun dari mimpinya, bergerak dan menyegarakan perdamaian.
Saya baru nonton 2012, haha but never been late..
Keren-nya om John & tante yoko ini, bikin iri. Kisah cinta yang tidak biasa, saat pemerintahan Jepang & USA saling menyerang, John & Yoko menyatukan kedua negara tersebut dengan perdamaian. Hebatnya mereka memberikan bukti,real action, bukan hanya janji seperti iklan2 kampanye masa kini.
kunjungi blog guwe juga coy di http://rudinisirat.blogspot.com
Review yang menarik, bro. Meskipun dianggap sebagai ikon kaum hippies, pesan-pesan John Lennon melalui lirik-liriknya menembus batas kotak-kotak genre musik. Saya kira di luar jenis musik apa yang didengar, banyak orang memimpikan mimpi yang kurang lebih sama dengan John Lennon.
@Rudini Sirat: numpang iklan nih, yee...
Post a Comment