28 January 2010

Tragedi di Pagi Hari

Kawan, ini cerita tentang kejadian tadi pagi. Bukan cerita yang menyenangkan, tapi cerita yang memilukan. Saya menganggap itu adalah tragedi. Tragedi tentang anak-anak manusia yang ada di kosan saya.

Inilah kisahnya.

Jabeer duduk di depan komputer kesayangannya. Sambil merokok, dia asyik masyuk searching di dunia maya.


Tiba-tiba, Nunu datang dari luar kamar. "Anjir, Sweater aing aya nu maok deui euy, ah aing mah, goblog nu malingna," umpatnya sambil berteriak.

Jabeer pun tersentak mendengarnya. Dia pun memastikan, "wah, nu bener?"

Nunu menjawab, "bener anjrit."

Nunu terus mengumpat. Sesekali mengepalkan tangannya sambil berujar, "mun kapanggih nu maling ku aing tonjok tah!"

Sambil menghela napas, Jabeer mencoba menenangkan Nunu. "Nyantai bro, sugan weh kagantian deui."

Sesaat kemudian Nunu menyambangi kamar M. Firdaus Gonia yang ada di seberang kamanya. Untuk membawa tas hitam yang dipinjam Daus.

Ternyata, Sepatu punya Daus raib juga digondol maling. Padahal, sepatunya yang bermerek Converse tersebut baru dibeli sebulan yang lalu.

Ironisnya, sebelum menyadari sepatunya hilang, sempat-sempatnya Daus menceramahi Nunu. "Matakna mendingan poe di kamar we cucian teh." ujarnya pura-pura bijak. Daus juga menambahkan, "untung urang mah can pernah kaleungitan di kosan ieu mah."

Namun, ketika Daus keluar dari kamarnya, sepatu yang selalu menemaninya ketika nongkrong dan bekerja itu hilang tanpa jejak. Dengan penuh kesal, marah, dan mungkin frustasi Daus merengek, "Anjir sapatu urang oge leungit!"

Sontak Nunu pun ketawa dan memebritahukan kabar itu kepada Jabeer, "hahay, sapatu si Daus oge leungit.."

Konon katanya, menurut sumber yang tidak ingin diketahui nomor kolornya, ketawanya Nunu mengindikasikan bahwa hilangnya sepatu Daus mengurangi satu persen kepiluan Nunu. "Mungkin karena dia punya teman yang senasib," ujar sumber tersebut menganalisis.

Tahukah kawan? Cerita ini tak hanya sampai disana. Kejadian-kejadian lain menyusul.

Ketika Daus dan Nunu bersama-sama mengutuk-ngutuki sang maling dengan sumpah serapah khas anak muda Bandung. Tiba-tiba Nunu teringat cuciannya yang lain.

Nunu beranjak ke tempat jemuran. Nasib buruk belum juga beranjak darinya. Kaos Persib kesayangannya juga hilang. Sepertnya, sang maling mengambil barang-barang itu sepaket. Seperti memborong di toko diskon saja.

Ternyata tragedi itu tak hanya menimpa Nunu dan Daus. Tragedi juga menimpa sang Jabeer.

Mengetahui bahwa barang yang dicuri bukan hanya sweater dan sepatu, Jabeer yang sedari tadi hanya celigak-celinguk baru menyadari bahwa dia juga menjemur celana jeansnya di jemuran.

Maklum saja kawan, Jabeer itu orangnya pelupa. Dari pagi buta, Nunu dan Daus sudah mengetahui barangnya hilang, Jaber seolah-olah tak ingat bahwa dia juga menjemur celana juga di jemuran.

Setelah ingat, dengan langkah seribu, Jabeer langsung memeriksa tempat jemuran. Dan, oh.. Seperti yang kita duga kawan, celana satu-satunya yang masih lumayan bagus itu termasuk pada paket yang dicuri sama maling.

Lutut Jabeer lemas, tak banyak yang dia katakan. Hanya satu kata yang meluncur darinya, "Anyink!"

Derai tawa membahana dari dua makhluk yang bernama Nunu dan Daus ketika tahu bahwa Jabeer baru sadar bahwa dia juga menjadi korban maling kambuhan itu.

"Sungguh terlaluh," begitu kata Rhoma Irama.

Setiap manusia mempunyai masalahnya masing-masing. Dan setiap masalah mempunyai penyelasaianya masing-masing pula. Sepertinya, Baik Nunu, Daus, dan juga Jabeer, mencoba untuk menyelesaikan masalahnya dengan cara masing-masing.

Nunu, mencoba untuk mengumpulkan uang jajannya untuk membeli sweater yang baru. "Ngan euy ayeunamah pasti mahal, soalna baheula mah urang meulina oge keur diskon," kata Nunu pasrah.

Seperti biasa, Daus mencoba menyelesaikan masalahnya dengan cara meyakinkan dirinya dengan penyakit sombong yang akut. Dia berujar, "bae lah da urang mah loba duit, meuli deui weh, biasana oge urangmah ngadurukan duit". Sungguh sombong si Daus itu.

Menurut seorang sumber yang layak dipercaya namun layak pula ditempeleng, sepatu Daus yang hilang itu berasal dari gaji pertamanya di sebuah perusahaan yang mengelola toko distro terkenal di kota Bandung.

Lain Nunu, lain Daus, lain pula dengan Jabeer. Sepertinya kehilangan barang akibat lupa menjadi kebiasaannya, sehingga Jabeer sedikit lebih tenang. Baginya, Apalah arti sebuah celana jeans bila dibandingkan dengan harga beberapa hanphone-nya yang hilang. "Sugan we ku Allah digantian nu leuwih hade lah," doanya dalam hati.

Setelah kejadian tersebut, Jabeer berpikir untuk membuat Panitia Khusus (Pansus) yang menyelidiki tentang maraknya kehilangan barang di kosannya. Namun, setelah dipikir-pikir, hal itu malah sia-sia. Karena si maling pasti lebih pintar dan jeli melihat situasi.

Itulah kawan cerita na'as di pagi hari tadi. Kejadian itu berdampak sistemik terhadap keuangan Nunu, Daus, dan Jabeer.


Milik kita itu ada yang diambil dengan ijin dan ada yang diambil tanpa ijin. Dua-duanya sama, diambil. Tapi daya kejutnya berbeda.




---- at kosan jam 01.22, sambil ditemani lagu The Panas Dalam yang berjudul "Maklum Poek"

3 comments:

yahya said...

Santai aja, seperti di pantai.

Chikenz said...

Makanya bung, hatihati dong, jagan jadi pelupa ah

Anonymous said...

ALUS GAN, BISA JADI DUIT..