Tiba-tiba sang Pengelmu datang. Dengan suara yang agak
berat, Sang Pengelmu bertanya, "Kenapa bir?"
Jabir tak segera menjawab. Pikirannya masih diselimuti
kerumitan menuliskan resolusi pribadi.
Baru setelah pengelmu mengulangi pertanyaan dengan
agak keras, akhirnya dia menjawab. "Oh, ini Pengelmu, saya lagi bla..bla...bla.." Jabir menjawab dengan panjanglebar pertanyaan
sang Pengelmu.
Pengelmu pun tersenyum. Dengan pandangan mata yang
tajam, dia bertanya lagi, "Emang kalo gak nulis apapun tentang
resolusi, kamu berdosa ya?"
"Bukan gitu kang
mas Pengelmu. Maksud ane bikin resolusi, supaya
tekad yang tertulis dalam resolusi bisa bikin ane terpacu
untuk mencapainya. Gitu!"
Ujar jabir dengan nada ketus.
"Nyantai Bir, tenang! Maksud saya tadi nanya,
hanya iseng saja, soalnya mukamu muram seolah-olah dunia akan kiamat
besok," kilah Pengelmu.
Kemudian Sang Pengelmu duduk. Sambil merokok dan
meminum anggur putih kesukaannya, dia mulai berbicara tentang beberapa orang
yang dilihatnya akhir-akhir ini. Dia berbicara bahwa ketika almanak akan
berganti, hampir semua temannya menuliskan resolusi pribadi. Ada yang ditulis
di buku harian, dipampang di kamar, diposting di sosial media, atau hanya
ditulis dalam hati.
Semua-muanya adalah rencana dan target yang harus
dicapai tahun berikutnya. Seorang mahasiswa tingkat akhir, misalnya,
menargetkan supaya bisa pakai toga pada wisuda mendatang. Seorang jomblo,
menyiapkan jurus untuk mendapatkan pasangan idamannya. Seorang pacar teladan,
berencana untuk bisa memakaikan cincin tunangan di jari pacarnya. Seorang
bajingan, merancang modus yang lebih oke untuk menggaet korban beriktunya.
Seorang penganggur, mendaftar pekerjaan apa yang bisa bisa mendatangkan fulus.
"Terus terang saja, saya cuman punya satu
resolusi tahunan: tak ada resolusi tahunan!" kata Pengelmu.
"Berarti ente itu gak punya
rencana ke depan dong?" Tanya Jabir.
"Ya enggak juga"
"Lho kok?" Jabir
Keheranan.
Dengan tenang Sang pengelmu menerangkan bahwa resolusi
itu bisa setiap hari dibuat. Tak perlu menunggu tahun berganti, dan tak perlu
pusing-pusing di akhir tahun hanya untuk mendaftar resolusi. Baginya, membuat
resolusi adalah ketika otak tersadar pas bangun
pagi, di sanalah resolusi kita pancangkan dalam benak.
"Halah, tiap hari kan mood-nya beda, entar resolusinya
ke sana-kemari alias gak jelas," Kata Jabir.
Seolah tak mau kalah, Sang Pengelmu kemudian menjawab,
"Nah, di sanalah peran resolusi hidup. Ingat, resolusi hidup itu yangg
membimbing resolusi harian. Jadi, resolusi tahunan itu banci. Kalo mau resolusi
yang permanen ya resolusi hidup, terus kalo mau cepet, ya resolusi
harian."
Tanpa pikir panjang, si Jabir menjawab, "Halah,
nanggung nih, soalnya waktu ente barusan ngomong, ane sudah dapet apa
yang mau dijadikan resolusi tahun depan. Terus kalo resolusi tahunan udah
dibuat, ya tinggal disandingkan dengan resolusi harian dan resolusi
hidup!"
Kontan saja, Sang Pengelmu menjawab, "Tapi kan
jadi ribet kalo ketiga-tiganya disandingkan."
"Biarin, yang bikin resolusi ane kan ane sendiri," tangkis
Jabir.
Lalu keduanya terdiam beberapa saat. Tak lama
kemudian, si Jabir melanjutkan menuliskan resolusi tahunannya, dan Sang Pegelmu
pun pergi sambil melanjutjan minum anggur putih dan merokok.
Bagaimana dengan Anda? Apakah punya resolusi tahunan
seperti si Jabir? Atau seperti Sang Pengelmu yang memilih tidak punya resolusi
tahunan?
Jawabannya ada di tangan anda sendiri. Yang Jelas,
semua berpijak pada satu pertanyaan: What do you want to do with your
life?
4 comments:
keren mas brooo
nurutan ah:D
mantep kang mas..
tapi apalah itu resolusi.. Resolusi setiap tahun merupakan pengakuan kegagalan atas hidup yang telah terlewati.. Resolusi tak ubahnya seperti berjudi.. The real Resolution is the real destination, and started over..only this can be change destiny.. :D
jabir... kamu memang jatruks...
bagi atuh urang ududna,,,
Kereennn :)
Post a Comment