18 December 2011

Lari

Entah karena terinspirasi oleh film Forest Gump atau What I Talk about When I Talk about Running karya Haruki Murakami, seorang teman mengajakku lari, pagi ini. Namun saya tolak. Karena pagi ini saya ingin menulis. Sebagai ganti gak jadi lari, maka saya menulis tentang lari.

Berlari, terutama di pagi hari, memang sangat baik bagi kesehatan.  Bayangkan saja, menurut para ahli, dengan berlari secara teratur membuat tubuh lebih prima dan awet muda.

Nah, selain itu, manfaat lainnya juga  seperti membakar lemak, menajamkan pandangan, menjaga kesehatan jantung, mengurangi kepikunan, lancar berpikir, dan last but not least berlari juga dapat  meningkatkan gairah seksual lho.

Berlari, punya makna lain dari sekadar olahraga. Dalam hidup yang serba cepat ini, filosofi lari memang sangat erat dalam kehidupan moderen. Kecepatan dalam lari setidaknya menginspirasi kita untuk tetap cepat dalam mengambil kesempatan. Ketahanan lari juga menginspirasi kita untuk selalu bertahan dalam kepungan masalah yang mendera.

Laiknya laku manusia yang lain, lari juga punya cerita-cerita menarik. Di Jakarta misalnya, sepasang pengantin meresmikan pernikahannya sambil berlari. Ada tulisan “just maried” di tubuhnya masing-masing.

Bagi orang yang berfulus, berlari juga bisa dijadikan ladang amal. Sandiaga L. Uno, seorang pengusaha muda, pernah mengadakan acara Berlari untuk Berbagi. Dia menyumbangkan fulus dengan cara: setiap kilometer dia berlari, maka akan dikalikan 10 juta. Uangnya itu akan disumbangkan untuk yayasan amal. Yang menarik, cara-cara serti itu juga diikuti oleh orang-orang kaya lainnya.

Meski tergolong jenis olahraga yang paling sederhana, bagi beberapa orang, seperti temanku misalnya, memang harus fashionable.

Tak cukup mengenakan sepatu, kaus, topi, kaca mata, dan water belt (sabuk untuk botol air minum) tapi juga dilengkapi peralatan canggih seperti Nike+, sebuah alat yang terhubung ke iPod yang terpasang di sol sepatu. Alat ini menyampaikan semua informasi mengenai waktu, jarak, serta kecepatan langkah ke iPod. Uiiiih.

Kalau melihat itu, ternyata lari tak kalah fashionable dengan olahraga bersepeda.

Nah, sudahkah Anda lari pagi ini? Atau sama seperti saya, duduk-duduk di depan laptop?

3 comments:

Cinderell(i)a said...

bagi saya, lari itu adalah sebuah kepuasan bathin. mungkin karena dulu pernah terbersit untuk menjadi seorang atlet kali, yaa .. makanya tiap kali lari itu rasanya "puas" sekali .. hehe :)

yuniMisdiantika said...

lari. pernah lari di sabuga entah berapa keliling, yang pasti banyak buat meredam emosi sampai bener-bener ga bisa lari lagi. jadi lari juga berguna untuk menghilangkan emosi. haha mereun

detnot said...

Bir, kau memang susah diajak lari. dasar pemimpi yang pemalas!