23 December 2011

Sikap

1 komentar
Sekali dalam Hidup, orang harus Menentukan Sikap. Kalau Tidak, Dia Tidak Akan Menjadi Apa-Apa --(Pramoedya Ananta Toer)

Pada setiap persimpangan hidup, kita dituntut untuk bersikap. Setidaknya, itulah kata orang bijak.

Saya tidak tahu kenapa sebagian orang mengeluh tentang sikap dan keinginannya. Celakanya, mereka yang mengeluh seperti itu telah beranjak dewasa. Dan yang paling celaka: ternyata saya bagian diantara mereka.

Setiap menjelang awal tahun, kita membuat ritual: menulis resolusi pribadi ini dan itu. Tak peduli apakah resolusi ini mengulang yang dulu atau membuat yang baru.

18 December 2011

Lari

3 komentar
Entah karena terinspirasi oleh film Forest Gump atau What I Talk about When I Talk about Running karya Haruki Murakami, seorang teman mengajakku lari, pagi ini. Namun saya tolak. Karena pagi ini saya ingin menulis. Sebagai ganti gak jadi lari, maka saya menulis tentang lari.

Berlari, terutama di pagi hari, memang sangat baik bagi kesehatan.  Bayangkan saja, menurut para ahli, dengan berlari secara teratur membuat tubuh lebih prima dan awet muda.

15 December 2011

Pertaruhan

0 komentar
"Hidup yang tak dipertaruhkan, tak akan pernah dimenangkan,"
Sepenggal sajak penyair Jerman, Friedrich Schiller, yang dikutip Sjahrir dalam suratnya di pembuangan kota Digoel.

25 November 2011

Bandit

1 komentar

Hari ini adalah hari guru. Setidaknya itulah yang ramai diperbicangkan di media sosial dan media massa. banyak kata untuk menuliskan hal itu. Tapi semua-mua telah dikupas habis di media-media, seolah tak ada celah bagi saya untuk menulis hal lain tentang itu.

Sesaat kemudian, saya teringat tulisan seorang sastrawan Indonesia yang pernah dinominasikan penghargaan Nobel dalam bidang sastra, Pramoedya Ananta Toer. Kalimat-kalimat itu muncul dalam novelnya, Jejak Langkah, novel ketiga dari Tetralogi Pulau Buru yang melegenda itu.

22 November 2011

Freelancer Jahanam

3 komentar
Sore itu, di sebuah kafe pinggiran kota Bandung, saya asyik masyuk memperhatikan seorang kawan. Dia duduk di depan laptopnya dengan "agak" sombong. Sesekali dia mengajak saya ngobrol.

"Dua hari lagi gua ke Bali bro," Ujarnya.

09 February 2011

Ya, Namanya Juga Guru Honorer!

2 komentar
Seorang teman mengeluh. Padahal tak biasanya dia mengeluh. Setelah dia bercerita, penyebab keluhannya ternyata bersumber pada ketidaksesuaian kerjanya dengan gaji yang diterima. “Bayangkan saja, saya capek-capek kuliah untuk mendapat gelar yang sesuai dengan profesi saya sekang, ketika nyari kerja yang sesuai, eh susahnya minta ampun. Pas giliran dapat kerja, gajinya cuman cukup buat ongkos sama keperluan kerja doang,” gerutu teman saya.

Kerja apakah gerangan teman saya tersebut? ”Saya guru honorer,” jawab temen saya.